Potensi sumber daya ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 12,54 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan perairan ZEE. Luas terumbu karang milik Indonesia yang sudah terpetakan mencapai 25.000 kilometer persegi. Tetapi terumbu karang dalam kondisi sangat baik hanya 5,3 persen, kondisi baik 27,18 persen, cukup baik 37,25 persen, dan kurang baik 30,45 persen. Laut Indonesia memiliki sekitar 8.500 spesies ikan, 555 spesies rumput laut, dan 950 biota terumbu karang.
Sumber daya ikan di laut Indonesia meliputi 37 persen dari spesies ikan di dunia. Beberapa jenis ikan di Indonesia mempunyai nilai ekonomis tinggi, seperti tuna, udang, lobster, ikan karang, berbagai jenis ikan hias, dan kerang. Maka Indonesia adalah negara dengan keanekaragaman hayati laut terbesar di dunia (marine mega-biodiversity). Menurut Food and Agricultural Organization (FAO), potensi sumber daya perikanan tangkap laut Indonesia mencapai sekitar 6,5 juta ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan mencapai 5,71 ton per tahun. Potensi luas areal budidaya laut tercatat 12,1 juta hektar dengan tingkat pemanfaatan 325.825 hektar atau 2,7 persen. Potensi luas areal budidaya rumput laut tercatat 1,1 juta hektar atau 9 persen dari seluruh luas kawasan potensial budidaya laut yang sebesar 12,1 juta hektar. Potensi budidaya laut, terdiri dari potensi budidaya ikan (kakap, kerapu, gobia); udang, moluska (kerangkerangan, mutiara, teripang); dan rumput laut, potensi luasan budidayanya sebesar 2 juta ha (20% dari total potensi lahan perairan pesisir dan laut berjarak 5 km dari garis pantai).
Sedangkan potensi budidaya payau (tambak) mencapai 913.000 ha. Untuk potensi bioteknologi kelautan masih besar peluangnya untuk dikembangkan, seperti industri bahan baku untuk makanan, industri bahan pakan alami, dan benih ikan dan udang. Perairan Indo-Pasifik, yang sebagian besar terletak di perairan Indonesia merupakan pusat keanekaragaman terumbu karang dunia, dengan lebih dari 400 spesies. Juga berbagai jenis ganggang laut tersebar di berbagai wilayah pantai. Sumberdaya hayati laut kita, selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi juga mempunyai luas habitat yang besar, yaitu : 2,4 juta ha kawasan hutan bakau. Secara biologi, kawasan pesisir dan laut Indonesia juga mempunyai nilai global, karena perairan Indonesia merupakan tempat bertelur ikan-ikan yang bermigrasi (highly migratory species) seperti tuna, lumbalumba dan berbagai jenis ikan paus serta penyu.
2) Potensi sumberdaya mineral dan energi
Sekitar 70 % produksi minyak dan gas bumi Indonesia berasal dari kawasan pesisir dan laut. Dari 60 cekungan yang potensial mengandung migas, 40 cekungan terdapat di lepas pantai, 14 di kawasan pesisir, hanya 6 yang di daratan. Dari seluruh cekungan tersebut, potensinya diperkirakan sebesar 11,3 miliar barel minyak bumi. Cadangan gas bumi di kawasan ini diperkirakan sebesar 101,7 triliun kubik. Selain itu kawasan ini juga kaya akan berbagai jenis bahan tambang dan mineral seperti : emas, perak, timah, bijih besi, dan mineral berat. Di perairan pesisir dan laut Indonesia, juga
ditemukan jenis energi baru pengganti BBM, berupa gas hidrat dan gas bionik di lepas pantai barat Sumatera, selatan Jawa Barat serta bagian utara Selat Makassar dengan potensi yang sangat besar, melebihi seluruh potensi minyak dan gas bumi Indonesia. Selain sumber energi diatas, terdapat juga sumber-sumber energi non konvensional seperti : energi pasang surut, energi gelombang, OTEC (ocean thermal energy conversion), tenaga surya dan angin. Potensi sumberdaya mineral lainnya yang dapat dikembangkan adalah air laut dalam (deep ocean water). Air laut dalam merupakan air di kedalaman 200 m, memiliki karakteristik yang berguna untuk kepentingan perikanan, kosmetika dan air mineral.
3) Potensi industri dan jasa maritim
Sehubungan dengan Indonesia adalah negara kepulauan dengan wilayah pesisir dan lautan yang luas, maka industri dan jasa maritim yang potensial untuk dikembangkan adalah :
a) Galangan (pembuatan) kapal dan dockyard;
b) Industri mesin dan peralatan kapal;
c) Industri alat penangkapan ikan (fishing gears) seperti jaring, pancing, fish finders, tali tambang, dll;
d) Industri kincir air tambak (pedal wheel), pompa air, dll;
e) Offshore engineering and structures;
f) Coastal engineering and structures;
g) Kabel bawah laut dan fiber optics;
h) Remote sensing, GPS, GIS, dan ICT lainnya.
4) Potensi Transportasi Laut
Seiring dengan pergeseran pusat ekonomi dunia dari poros Atlantik ke Asia-Pasifik, dewasa ini, 70% perdagangan dunia berlangsung di kawasan Asia-Pasifik. Sekitar 75% produk dan komoditas perdagangan di transportasikan melalui laut Indonesia. Oleh karena itu Transportasi laut berperan penting dalam dunia perdagangan internasional maupun domestik. Transportasi laut juga membuka akses dan menghubungkan wilayah pulau, baik daerah sudah yang maju maupun yang masih terisolasi.
Sebagai negara kepulauan Indonesia memang amat membutuhkan transportasi laut, namun, Indonesia ternyata belum memiliki armada kapal yang memadai dari segi jumlah maupun kapasitasnya. Sekitar 97% dari total barang dan komoditas yang diekspor dan diimpor oleh Indonesia, diangkut oleh kapal-kapal asing dan sekitar 55% dari total barang dan komoditas yang ditransportasikan antar pulau di perairan laut Indonesia, diangkut juga oleh kapal-kapal asing. Sehingga masih potensial untuk dikembangkan selain meningkatkan pendapatan negara, juga dapat menciptakan lapangan kerja baru. Pemerintah telah berupanya salahsatunya dengan menentukan
ALKI, mebenahi manajemen pelabuhan dan adanya Tol Laut.
5) Potensi Pariwisata Bahari
Indonesia memiliki potensi pariwisata bahari yang memiliki daya tarik bagi wisatawan. Posisi Indonesia yang strategis, dengan memiliki estetika lingkungan yang sulit ditandingi oleh negara kepulauan lain, seperti gugusan pulau yang indah dan kekayaan keanekaragaman sumberdayahayati lautnya, menjanjikan potensi ekonomi dari kegiatan pariwisata alam dan pariwisata bahari dengan segala variannya. Prospek ini tentu didukung oleh bergesernya kebutuhan masyarakat global akan kehidupan back to nature, dimana mereka telah jenuh dengan kehidupan dalam lingkungan buatan. Selain itu juga potensi tersebut didukung oleh kekayaan alam yang indah dan keanekaragaman flora dan fauna. Misalnya, kawasan terumbu karang di seluruh Indonesia yang luasnya mencapai 7.500 km2 dan umumnya terdapat di wilayah taman laut. Selain itu juga didukung oleh 263 jenis ikan hias di sekitar terumbu karang, biota langka dan dilindungi (ikan banggai cardinal fish, penyu, dugong, dll), serta migratory species. Potensi kekayaan maritim yang dapat dikembangkan menjadi komoditi pariwisata di laut Indonesia antara lain: wisata bisnis (business tourism), wisata pantai (seaside tourism), wisata budaya (culture tourism), wisata pesiar (cruise tourism), wisata alam (eco tourism) dan wisata olah raga (sport tourism).
6) Potensi Kultural
Salah satu potensi kelautan Indonesia adalah benda peninggalan budaya masa lalu yang memiliki nilai ekonomis tinggi yaitu, Benda Muatan Kapal Tenggelam (BMKT). Saat ini diperkirakan terdapat 463 titik lokasi kapal tenggelam, yang terjadi sejak abad 14 sampai abad 19. Pemerintah telah membentuk Panitia Nasional BMKT melalui Keppres No.107 Tahun 2000, agar pemanfaatan BMKT dapat memberikan manfaat kepada masyarakat dan negara, serta mencegah pengangkatan BMKT secara illegal.
b. Pengelolaan Sumberdaya Kelautan
Pencapaian pembangunan di Indonesia masih berorientasi pertumbuhan ekonomi dan capaian kesejahteraan yang tinggi namun belum memperhatikan lingkungan. Tidak terjadinya keseimbangan antara ekonomi dan lingkungan akan berdampak buruk, masalah lingkungan pun akan terus menumpuk.
Menurut UU Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, ekoregion merupakan wilayah geografis yang memiliki kesamaan ciri iklim, tanah, air, flora, dan fauna asli, serta pola interaksi manusia dengan alam yang menggambarkan integritas sistem alam dan lingkungan hidup. Secara umum, tujuan dari pewilayahan ekoregion laut indonesia adalah sebagai dasar pertimbangan dalam penetapan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH) dan untuk memberikan arah dalam penetapan RPPLH agar sesuai dengan karakter wilayah ekoregion, termasuk karakteristik sumberdaya alam, ekosistem, kondisi geografis, budaya masyarakat setempat, dan kearifan lokal sehingga dapat dicapai keseimbangan antara pemanfaatan dan pelestarian alam dalam rangka mengoptimalkan produktivitas sumberdaya alam laut yang pada akhirnya dapat dicapai pembangunan yang berkelanjutan. Mengacu pada peraturan tersebut dalam pengelolaan laut Indonesia dikelompokkan dalam 18 ekoregion.
Kedelapan belas ekoregion ini adalah Samudera Hindia sebelah barat Sumatera, Samudera Hindia sebelah selatan Jawa, Selat Malaka, Laut Natuna, Selat Karimata, Laut Jawa, Laut Sulawesi, Selat Makassar, Perairan Bali dan Nusa Tenggara, Teluk Tomini, Laut Halmahera, Laut Banda sebelah timur Sulawesi, Laut Banda sebelah selatan Sulawesi, Laut Seram dan Teluk Bintuni, Laut Banda, Samudera Pasifik sebelah utara Papua, Teluk Cendrawasih, dan Laut Arafuru. Sejalan dengan haltersebut pengelolaan sumber daya laut berbasis komunitas lokal, merupakan salah satu strategi pengelolaan yang dapat meningkatkan efisiensi dan keadilan dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam. Selain itu, pengelolaan ini juga dapat membawa efek positif secara ekologi dan sosial. Pengelolaan dapat dilaksanakan dengan menyatukan sinergi antara tenaga terdidik dan masyarakat. Kaum terdidik bisa menerapkan berbagai teknologi untuk pemantauan sumberdaya laut, salah satunya adalah teknologi informasi berbasis radio atau dinamakan Monitoring Control and Surveillance (MCS). Dengan ini, pengembangan riset terkait sumber daya kelautan, baik dari segi fisik laut maupun biota laut dapat diterapkan secara nyata. Adapun pengelolaan sumberdaya kelautan
Indonesia diantaranya meliputi;
1) Pengelolaan Perikanan
Seperti telah disampaikan pada materi sebelumnya potensi perikanan laut indonesia sangat berlimpah. Jumlah ikan yang banyak ini perlu dikelola dengan baik, agar cucu kita juga tetap bisa merasakan ikan yang banyak seperti kita sekarang. Meski kita membutuhkan ikan untuk dikonsumsi, penangkapan ikan yang berlebihan harus dihindari karena dapat mengancam keberadaan ikan-ikan di laut. Salah satu cara mengelolanya adalah dengan menangkap ikan layak konsumsi yang memiliki tingkat regenerasi tinggi dan tidak termasuk dalam hewan terancam punah,
dan melarang penggunaan jaring pukat harimau, dan menentukan wilayah hak pengelolaan ikan.
Cara lainnya adalah dengan melakukan budi daya, seperti ikan kakap dan kerapu. Selain ikan, ada juga budi daya moluska (kerang-kerangan, mutiara dan teripang), budi daya rumput laut, dan pengembangan industri bioteknologi kelautan (industri ini meliputi industri bahan baku untuk makanan, industri bahan pakan alami, benih ikan dan udang, serta industri bahan pangan).
2) Pengelolaan Pertambangan dan Energi
Seluruh perairan Indonesia punya potensi mineral laut yang sangat besar. 70% potensi minyak bumi dan gas bumi milik Indonesia terletak di wilayah pesisir dan lepas pantai. Wilayah laut Indonesia juga kaya akan mineral seperti emas, perak, timah, mangan, pasir kuarsa, monazite, zircon, nodul-mangan, kromit, dan bijih besi. Selain mineral-mineral tersebut, di laut Indonesia juga terdapat potensi nonmigas yang tinggi. Arus laut, gelombang, pasang surut, hingga suhu dapat digunakan sebagai energi terbarukan dan ramah lingkungan. Salah satu contoh penggunaannya
adalah ocean thermal energy conversion (OTEC). Tak kalah pentingnya adalah soal kebijakan dalam memberikan ijin pertambangan. Dalam pengelolaan sumber daya alam yang berada di laut ini tentu memiliki keuntungan dan kerugian bagi alam maupun manusia, sehingga penambangan bawah laut itu sendiri memiliki peraturan perundang-undangan yaitu UU Minerba tahun 2014 sehingga pengelolaannya dapat berkelanjutan. Dengan diberlakukannya pasar bebas AFTA maka akan semakin banyak perusahaan atau pun profesional asing yang akan berkompetisi di Indonesia. Salah satu langkah antisipasi yang akan dilakukan adalah upaya memberikan sertifikasi bagi tenaga ahli dan akreditasi bagi fasilitas kerja yang dimiliki agar kemampuannya diakui secara
internasional.
3) Pengelolaan Perhubungan Laut
Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat memerlukan sarana transportasi laut. Dengan jumlah pulau lebih dari 17.000, perlu pengelolaan industri transportasi yang membantu kelancaran transportasi antarpulau tersebut. Sarana ini ditujukan untuk meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas antarpulau.
4) Pengelolaan Pariwisata
Wisata bahari merupakan jenis wisata minat khusus yang mengandalkan daya tarik alami lingkungan pesisir dan lautan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan wisata bahari secara langsung berupa kegiatan diving, snorkling, berenang, berperahu dan lainnya. Sedangkan wisata bahari secara tidak langsung seperti kegiatan olahraga pantai, piknik menikmati atmosfir laut dan sebagainya. Kegiatan pariwisata merupakan suatu mata rantai yang melibatkan berbagai komponen di dalamnya seperti, atraksi, amenitas, aksesibilitas, cenderamata, pemandu wisata, dan seterusnya, sehingga pengelolaan pariwisata harus memenuhi unsur perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan monitoring.
Manfaat sumberdaya kelautan sangat vital, sehingga pengelolaan sumberdaya kelautan perlu dilakukan agar lestari dan optimal. Beberapa manfaat sumberdaya kelautan diantaranya sebagai;
1) Sumber pangan
2) Sumber obat-obatan
3) Sumber mineral
4) Sumber energi
5) Sumber lapangan kerja
TUGAS
KERJAKAN LATIHAN SOAL BERIKUT INI :
UJIA KOMPETENSI AKHIR KD
0 Response to "Materi Geografi Kelas XI KD. 3.1. Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia"
Posting Komentar